Beranda | Artikel
Yang Hilang dari Sholatku
Kamis, 11 November 2021

Edisi 1811

Sudah diketahui bahwa hukum sholat lima waktu adalah wajib bagi setiap muslim. Saat kita sholat, saat itu pulalah kita berada sangat dekat dengan Allah Ta’ala. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad shallallaahu ’alaihi wa sallam, “Keadaan paling dekat seorang hamba dari Rabbnya adalah ketika dia dalam keadaan sujud, maka perbanyak doa (di dalamnya).” (H.R. Muslim). 

Bayangkan Allah -Yang menguasai alam semesta ini- sedang memperhatikan sholat kita. Ternyata kita sering sekali lalai di dalam sholat. Khusyuk, yang merupakan ruh shalat, sering kita luput menggapainya. Hati ini seharusnya berserah diri dan sungguh-sungguh beribadah kepada-Nya. Namun, kenyataanya banyak dari kita yang melalaikannya.

 

Definisi khusyuk

Ibnu Rajab Al Hanbali menerangkan definisi khusyuk. Beliau berkata, “Asas dari khusyuk adalah lembut dan tenangnya hati, serta merendahkan diri kepada-Nya. Jika hati itu khusyuk maka seluruh tubuhnya akan ikut khusyuk.” (Al Khusyu’ hal. 17, karya Ibnu Rajab).

Khusyuk itu letaknya di hati, sedangkan yang mengungkapkannya adalah anggota badan. Tatkala di hati ini terkumpul rasa cinta, takut, butuh (fakir), merasa diawasi, dan meyakini akan kebesaran Allah, saat itulah Allah akan mengaruniakan kekhusyukan saat kita sholat, biidznillah.

 

Keutamaan khusyuk

Patut diketahui bahwa khusyuk adalah pertolongan (taufik) dari Allah. Allah akan mengaruniakan taufik pada hamba-hambaNya yang memang jujur mencintai Allah. Allah akan mengaruniakannya pada hamba-Nya yang memang ikhlas beramal, melakukan perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya.

Khusyuk tak terletak hanya pada saat sholat saja. Siapa saja yang ingin khusyuk di saat sholat maka hendaklah ia berusaha pula khusyuk ketika menjalankan perintah Allah yang lainnya.

Bagaimana bisa seseorang merasa khusyuk jika seseorang terus-menerus melakukan kemaksiatan? Hatinya ketika di luar sholat durhaka kepada Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya sholat dapat mencegah dari perbuatan keji dan munkar.” (Q.S. Al Ankabut: 45).

Sholat yang seperti apa yang dimaksud di sini? Syaikh As Sa’di dalam tafsirnya mengungkapkan:

“Sholat yang dapat mencegah dari perbuatan keji dan munkar adalah sholat yang terpenuhi syarat dan rukunnya. Sholatnya dipenuhi kekhusyukan dan hatinya dipenuhi cahaya iman. Imannya bertambah, keinginannya untuk melakukan kebaikan bertambah.”

Dengan demikian, orang yang selalu melakukan maksiat terus-menerus menandakan ada yang hilang ketika ia shalat, yaitu kekhusyukannya.

 

Hal-hal yang membantu sholat khusyuk

Kita sudah mengerti, bahwa sholat yang khusyuk merupakan karunia dan taufik dari Allah. Akan tetapi ada beberapa kiat latihan agar sholat kita khusyuk. Berikut beberapa kiat-kiatnya:

 

  1. Mengagungkan Allah Ta’ala

Kiat pertama yang dapat kita tempuh adalah menyadari bahwa kita sedang berhadapan dengan Allah Ta’ala. Allah-lah yang menciptakan alam semesta, mencukupkan rizki hamba-hamba-Nya, mengatur seluruh kehidupan kita, menyembuhkan yang sakit, dan lainnya. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya),

“Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.” (Q.S. Az Zumar: 67).

Sebelum kita sholat, selalu hadirkan bentuk penganggungan diri kita kepada Allah. Hendaknya kita melakukan sholat tidak sekadar untuk menunaikan kewajiban atau kebiasaan semata.

 

  1. Berusaha menadaburi apa yang dibaca

Coba kita bayangkan, kita sedang membaca sebuah teks berbahasa Inggris namun kita tidak mengerti apa makna yang dibaca. Apa yang terjadi? Akan terasa sangat hambar pastinya. Padahal bisa jadi tulisan yang sedang kita baca sebenarnya sangat menyentuh.

Begitupula ketika membaca Al Quran dan dzikir dalam sholat, jika kita tidak mengetahui apa maknanya, sholat kita akan terasa hambar. Kita tidak tahu apa makna dari yang kita ucapkan.

Allah juga mengingatkan kita melalui firman-Nya (yang artinya), “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci?” (Q.S. Muhammad: 24). 

Banyak sekali panduan (sifat) sholat Nabi yang disertai dzikir-dzikir sahih, yang disertai terjemah yang mudah kita fahami. Salah satu panduan tersebut adalah sifat sholat Nabi yang ditulis oleh Syaikh Al Albani rahimahullaah. Sudah saatnya kita paham isi dari apa yang kita baca saat rukuk, sujud, duduk tasyahhud, dan lainnya.

 

  1. Mengingat kematian

Kiat selanjutnya sangat jitu jika dipraktikkan, yaitu mengingat kematian. Seandainya ada orang yang akan dihukum mati, ia diberikan waktu selama 10 menit untuk sholat 2 rakaat. Bisa jadi sholat yang lamanya 10 menit tersebut adalah sholat terindah untuknya.

Orang tersebut akan memanfaatkan sholat tersebut untuk bermunajat semaksimal mungkin. Ia sadar bahwa tidak ada sholat lagi setelah ini. Ia sadar bahwa kelezatan yang selama ini didapatkan sudah tiada artinya.

Baginda Nabi shallallaahu ’alaihi wa sallam juga memberikan wejangan agar kita sering mengingat kematian, “Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan yaitu kematian” (H.R. An Nasa`i. Hadits ini hasan shahih menurut Syaikh Al Albani).

Di tempat lain, beliau shallallaahu ’alaihi wa sallam juga bersabda, “Jika kalian mendirikan sholat, sholatlah kalian seperti sholatnya orang yang akan berpisah (meninggal)” (H.R. Imam Ibnu Majah dengan sanad hasan).

Begitupula dengan kita, jika seseorang menganggap sholat yang ia lakukan adalah sholat yang terakhir setiap ia sholat, biidznillah, kita akan bisa khusyuk merenungi dosa-dosa kita yang menggunung.

Kita akan dapat menghadirkan pengagungan yang luar biasa terhadap Allah. Kita yakin kalau tidak ada sholat lagi setelah ini. Perasaan yang seperti ini harus kita latih setiap kita akan sholat, agar diri kita semakin mudah untuk khusyuk.

 

  1. Mempersiapkan sholat dengan baik

Kiat yang mungkin jarang kita lakukan adalah seyogyanya kita mempersiapkan sholat sebaik mungkin. Mempersiapkan sholat di sini maksudnya adalah kita menyiapkan hati, mengonsentrasikan pikiran bahwa kita akan menghadap Allah Ta’ala.

Akan terasa berbeda khusyuknya orang yang memang melaksanakan sholat sunnah terlebih dahulu dengan orang yang terburu-buru ke masjid. Akan terasa berbeda khusyuknya orang yang berdoa di antara adzan dan iqomah sebelum sholat dengan orang yang sengaja mengulur-ulur waktunya.

Nabi shallallaahu ’alaihi wa sallam memberikan motivasi bagi orang-orang yang menunggu waktu sholat di Masjid. Beliau shallallaahu ’alaihi wa sallam bersabda, “Seorang hamba akan selalu dihitung shalat selama ia di masjid menunggu shalat dan tidak berhadats.” (H.R. Bukhari No.170).

 

  1. Berdoa kepada Allah

Kiat terakhir dan bahkan yang paling utama adalah berdoa kepada Allah agar dikaruniai kekhusyukan dalam shalat. Khusyuk adalah suatu yang berat, akan tetapi dengan izin Allah, kita dapat meraihnya.

 

Allah bahkan menyanjung orang-orang yang dapat khusyuk dalam firman-Nya (yang artinya), “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. (Yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam sholatnya.” (Q.S. Al Mu’minun: 1-2).  

 

Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam juga pernah mengajarkan doa agar Muadz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu membacanya setiap akhir sholat,

Alloohumma a’innii ‘alaa dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibaadatik.”

 

“Ya Allah, semoga Engkau memberi pertolongan kepada kami untuk bisa selalu ingat (dzikir) kepada-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan beribadah dengan baik kepada-Mu.”

 

 

Penutup

Semoga risalah yang singkat ini bermanfaat bagi penulis secara khusus dan kaum muslimin secara umum, serta menjadi pengingat tatkala diri ini lalai.

 

Penulis : Herbi Yuliantoro, S.Si., M.Eng.

Murojaah : Ustaz Abu Salman, B.I.S.


Artikel asli: https://buletin.muslim.or.id/yang-hilang-dari-sholatku/